Gadis Kecil dan Ember Air - Diary Ayuk Hartini
...

Gadis Kecil dan Ember Air


Suatu sore saya melihat gadis kecil ini di sumber air dekat lapangan bola. Dia adalah teman keponakan saya. Saya tidak ingat namanya, meskipun sering saya menjumpainya sedang bermain atau sekadar lewat saja. Gadis ini adalah salah satu dari sekian gadis kecil di desa yang terletak di kaki gunung Rinjani. Setiap beberapa hari sekali dia mengambil air di sumber air dekat lapangan bola ini dengan membawa satu buah ember dan ditaruh di kepalanya. Saat pertama melihatnya, saya heran, bagaimana anak sekecil itu bisa membawa air di atas kepalanya tanpa terjatuh dengan jarak rumah yang lumayan jauh? Lebih heran lagi, saat ternyata dia kembali untuk memenuhi ember airnya yang telah kosong karena airnya sudah dituang di gentong rumah sebagai persediaan. Dia akan terus kembali mengambil air hingga gentong besar di rumahnya sudah terisi penuh.

Gentong besar itu sebagai persediaan air untuk minum dan memasak. Setelah penuh, jangan kira dia langsung mandi membersihkan badan yang lelah di kamar mandi. Dia harus berjalan kaki (kadang tanpa alas kaki) beberapa ratus meter dari rumahnya menuju sungai terdekat untuk mandi. Iya, dia mandi di sungai. Jarang sekali warga di desanya yang memiliki MCK sendiri di rumah mereka. Bahkan untuk mencuci baju dan piring kotor pun mereka juga harus ke sungai. Berbagi air di sungai dengan warga lainnya. Tapi dia terlihat bahagia saja, mandi di sungai dengan teman-temannya. Karena mungkin, standard kebahagiaan tidak terlalu tinggi baginya. Selama ada air bersih untuk sehari-hari, dia sudah bahagia. Selama sungai masih bersih, dia bahagia.

Lalu apa kegiatannya selain itu? Saya sering menjumpai dia dan kakak beserta ibunya mengumpulkan sampah plastik bekas minuman gelas di SMP depan rumah kakak saya. Gelas plastik bekas Ale-ale atau Aqua gelas, disusun jadi satu untuk dibawa pulang. Untuk apa? Untuk dibakar di tungku tempat keluarga mereka biasa memasak, jarang sekali mereka menggunakan kompor dengan minyak tanah, apalagi kompor gas. Plastik bekas itu digunakan sebagai alat untuk menghidupkan api karena menghidupkan api dengan kayu kadang butuh waktu lama dan minyak tanah yang banyak.

Tapi lihatlah, dia tidak terlihat marah ataupun kesal dengan kesehariannya. Tidak kenal apa itu gadget atau mainan baru seperti layaknya anak ibu kota yang kadang merajuk jika keinginan mereka tak dikabulkan, gadis ini justeru membantu keluarganya mengambil air dan mengumpulkan sampah plastik. Benar-benar jauh dari predikat manja. Terlepas dari itu semua, dia terlihat bahagia tanpa beban. Dia terdidik untuk mandiri oleh keadaan dan bisa merasakan kebahagiaan karena tidak menjadikannya beban. 

Well, mari bersyukur dan mengurangi kebiasaan mengeluh. :)


#PeopleAroundUs Day #2


2 Komentar untuk "Gadis Kecil dan Ember Air"

  1. Justru atau justeru? Hehehe
    Inspiratif,

    BalasHapus
  2. ups. yang benar yang mana ya? saya masih miskin EYD. :( terima kasih sudah diingatkan. :)

    BalasHapus

Iklan Bawah Artikel