Kisah Hijrah Menutup Aurat - Diary Ayuk Hartini
...

Kisah Hijrah Menutup Aurat

Saya bukan seorang ahli ibadah, mungkin beberapa beranggapan saya tidak terlalu dekat dengan Tuhan. Saat masih kecil, saya bandel untuk pergi mengaji. Saat remaja, saya memakai ‘penutup kepala’ itu hanya saat sekolah saja. Saat beranjak kuliah, saya lepas-pakai hijab sesuka hati. Meski dibesarkan dalam keluarga yang tidak terlalu keras akan didikan agama, namun tidak berarti saya tidak diajarkan norma-norma dalam berperilaku dan bersikap.


Selepas kuliah, saya menjalin hubungan dengan seorang pria yang sedikit demi sedikit menginginkan saya memperbaiki penampilan saya. Saat itu, saya sering susah untuk mencerna kata-katanya dan menelan mentah-mentah sarannya. Hingga maksud baik tak jarang berbuah salah paham dan berulang kali berujung pertengkaran.

Namun, pria ini tetap sabar dalam menghadapi segala sikap kekanakan dan akal sempit saya tentang agama. Sedikit demi sedikit saya mulai berpikir sendiri tanpa perlu ia menggurui, saya mulai menemukan tujuan hidup dan mencari berbagai dasar di sana-sini dengan tidak jarang menemuinya untuk diskusi saat kebuntuan menghampiri.

Kemudian, saya memutuskan untuk menjadi istrinya seutuhnya. Bismillah, saya berhijab. Tentu saja dasar utama saya adalah Allah, yang diperkuat dengan keinginan untuk menjaga kehormatan sebagai seorang wanita, istri dan ibu nantinya. Karena saya yakin,
“Niat menikah yang didasari untuk ibadah kepada Allah, insyaAllah akan menjadi berkah.”
Halangan pasti selalu akan terjadi. Karena tujuan utama saya memang bukan untuk mengikuti trend berhijab seperti yang sedang booming di Indonesia saat ini, saya pun tak ingin terjebak dalam keseharian yang berhijab namun tak segan mengunggah foto tak berhijab di sosial media seperti kebanyakan teman saya atau muslimah lain pada umumnya. Atau, berhijab namun gaya hijab yang digunakan hanya sebagai penutup kepala dengan masih menonjolkan bentuk leher bahkan menampilkan anting-antingnya. Mungkin memang tidak salah, memodifikasi gaya hijab agar less boring dan tidak itu-itu saja, asal tidak berlebihan dan sewajarya.

Meskipun begitu, saya memegang teguh untuk tidak berhijab yang menampilkan bentuk leher (turban style). Saya pun harus dengan telaten menghapus dan mem-private beberapa foto tidak berhijab yang dulu pernah saya unggah di beberapa sosial media. TIDAK MUDAH! Mengingat saya suka sekali berfoto sana-sini, dan mengunggahnya di banyak media seperti Facebook, Twitter, Instagram, Tumblr serta mengubah semua foto profilnya termasuk di beberapa instant Messenger seperti whatsapp, BBM, Yahoo, Gtalk dan lain sebagainya.

Tentu sangat tidak mudah. Karena itu, ada beberapa foto yang mungkin terlewat untuk dihapus, saya anggap menjadi bagian dari proses menuju kehidupan yang baru atau bisa disebut juga dengan "Review the past, optimize the future" - Hijabella Magazine. Asal dengan komitmen, tidak lagi menunggah foto tak berhijab. 
Karena hidup seharusnya menuju masa depan dengan menghargai masa lalu sebagai bahan pendewasaan.
Selain itu, kebiasaan saya pun perlahan mulai berubah, dari rajin browsing hair tutorial menjadi rajin browsing hijab tutorial. Dari rajin surfing Victoria Secret Model (Astaghfirullah! tidak apa, asal bisa mengatur untuk menjadi muslimah di luar dan Victoria Secret di kamar. Hehe. x')) menjadi rajin surfing kehidupan muslim di negara minoritas Muslim.

Alhamdulillah dari kebiasaan baru itu saya perlahan mampu mengendalikan diri saya. Selain itu, banyak juga manfaat dari berhijab. Selain memenuhi perintah-NYA, juga kini saya tak perlu lagi berurusan dengan bad hair day yang selalu menjadi mimpi buruk saya. Ah! Hidup terasa lebih indah.

Saya pun belajar satu hal yang penting bahwa ‘Jilbabin dulu hatinya, baru luarnya’ adalah hal yang tidak seharusnya dianggap benar. Karena ini merupakan pembelaan yang keliru untuk menunda-nunda agar tidak segera berhijab.

Akan memakan waktu yang terlalu lama jika mendewakan hal tersebut. Karena berhijab akan menjadi perisai terbaik untuk tidak lagi bertingkah laku seenaknya. Sikap dan perkataan akan terkontrol dengan sendirinya. Dengan catatan, niat berhijab dengan tulus karena Allah, bukan karena trend, ikut-ikutan, atau alasan lain. :)

Belum ada Komentar untuk "Kisah Hijrah Menutup Aurat"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel