Tahun Pertama Pernikahan Paling Menentukan, Benarkah?
A Year Married Life, how’s it going? Hmm.. pertanyaan yang
mungkin sudah basi karena sering dan selalu ditanyakan. Jawabnya juga
gampang-gampang susah, sih. Tak terkecuali untuk saya yang baru saja merayakan ulang
tahun pernikahan yang pertama. Ya, gimana dong, nikah baru juga seumur
kecebong, hehe..
Ada beberapa hal yang bisa diringkas di sini, dari apa yang dirasakan, apa tantangan yang harus dihadapi, apa kebiasaan baru setelah berumah tangga dan harapan ke depannya. OK, let’s get started!
Ada beberapa hal yang bisa diringkas di sini, dari apa yang dirasakan, apa tantangan yang harus dihadapi, apa kebiasaan baru setelah berumah tangga dan harapan ke depannya. OK, let’s get started!
Apa yang dirasakan setelah resmi menjadi suami istri? Pasti bahagia,
dong. Akhirnya bisa saling memiliki secara sah dan halal. Bulan-bulan pertama
pasca pernikahan, semuanya terasa indah (karena masih megang banyak duit hasil
kondangan, hahaha!), bisa menutup dan mengawali hari dengan orang yang paling
dicinta, mengecup dan memeluk kapanpun semau kita (asal tau tempat, ya) dan melakukan
aktivitas sama-sama yang dulunya tak pernah dilakukan, seperti sholat
berjamaah, jogging pagi, masak bareng (kadang dipeluk dari belakang pas lagi
masak, pfft.. :P) dsb.
Tapi yang paling penting, Alhamdulillah selama setahun
pernikahan saya dan suami, tak pernah ada pertikaian berarti selain beda selera
makan, saya suka makanan ringan kemasan, makanan siap saji dan minuman
mengandung soda, sedangkan suami saya termasuk orang yang resctricted sekali
dengan makanan, harus fresh, dan anti terhadap makanan ringan (semacam Chitato
atau snack lain yang mengandung banyak MSG), makanan siap saji seperti indomie
dan sejenis mi instan lainnya, serta soda.
Padahal, semua itu kan, enak?! Heuh, tapi suami saya memang ada benarnya, dan kebiasaan saya makan makanan mengandung banyak MSG berkurang drastis! Dari yang bisa makan indomie hampir tiap hari jadi sebulan sekali – dua kali. Soda? Sprite? Coca-cola? Fanta? Jangan ditanya, saya sudah lupa gimana rasanya. Hehe…
Padahal, semua itu kan, enak?! Heuh, tapi suami saya memang ada benarnya, dan kebiasaan saya makan makanan mengandung banyak MSG berkurang drastis! Dari yang bisa makan indomie hampir tiap hari jadi sebulan sekali – dua kali. Soda? Sprite? Coca-cola? Fanta? Jangan ditanya, saya sudah lupa gimana rasanya. Hehe…
Selain itu, hal lain yang menjadi tantangan setelah menjadi
istri ya, tugas baru sebagai istri. Yang bisa melayani suami termasuk memasak,
mencuci, mengurus rumah dsb. Saya jadi hobi download video-video tutorial
memasak, beberapa berhasil, tapi tak jarang gagal dan berujung tak layak makan.
Hiks, cedih deh, cungguh!
Saya masih ingat saat saya gagal memasak sayuran berkuah yang mengandung santan, sebagai pemula, ya… susah. Santannya pecah dan rasanya jadi aneh. Pernah juga salah nuang gula (saya kira garam) ke telur dadar, bukannya asin dan gurih, jadinya telur dadar manis bin najis. Sumpah gak enak banget! Belum lagi tak terhitung jumlah masakan saya berakhir pahit karena gosong, dari sesederhana goreng bawang, tahu tempe, sampai bikin pizza teflon.
Saya masih ingat saat saya gagal memasak sayuran berkuah yang mengandung santan, sebagai pemula, ya… susah. Santannya pecah dan rasanya jadi aneh. Pernah juga salah nuang gula (saya kira garam) ke telur dadar, bukannya asin dan gurih, jadinya telur dadar manis bin najis. Sumpah gak enak banget! Belum lagi tak terhitung jumlah masakan saya berakhir pahit karena gosong, dari sesederhana goreng bawang, tahu tempe, sampai bikin pizza teflon.
Saya juga tahu rasanya khawatir saat suami telat pulang
kerja, saat hujan deras dan suami sedang di luar rumah dengan atau tanpa jas
hujan, saat suami sakit, dsb. Sedih, deh. Sedih gak ketemu pas dulu masih pacaran,
mah, gak ada apa-apanya! Mood juga gampang banget berantakan, bahkan
sesederhana nunggu tukang sayur yang gak lewat-lewat, jemuran gak
kering-kering, mesin cuci gak berfungsi, sampai lupa naruh remote tv! (itu sih,
elu aja yang lebay keleus~)
Tantangan lain adalah menjadi istri yang nurut suami, dengan
mulai menutup aurat dan tidak bekerja di luar rumah. Karena suami saya
menghendaki kedua hal tersebut dan memang tak ada buruknya untuk dilakukan,
saya pun manut aja. Alhamdulillah sekarang sudah mulai berjilbab dan atas izin
Allah, saya bisa menghasilkan uang tanpa keluar rumah (walaupun pada awalnya
saya masih ngotot ingin kembali bekerja di bank, jadi pegawai atau penerjemah
di perusahaan dsb).
Berawal dari hobi, kegandrungan saya akan dunia menulis membuahkan hasil. Sebagai wanita yang mampu menjalani hobi dengan imbalan di atas UMR kota saya tinggal dan tetap di rumah menjalankan fitrah sebagai ibu rumah tangga, saya sangat bersyukur. Saat ini status saya adalah ibu rumah tangga plus content writer untuk sebuah situs ternama. Ah.. saya bahagia, suami bangga.
Berawal dari hobi, kegandrungan saya akan dunia menulis membuahkan hasil. Sebagai wanita yang mampu menjalani hobi dengan imbalan di atas UMR kota saya tinggal dan tetap di rumah menjalankan fitrah sebagai ibu rumah tangga, saya sangat bersyukur. Saat ini status saya adalah ibu rumah tangga plus content writer untuk sebuah situs ternama. Ah.. saya bahagia, suami bangga.
Masih banyak tantangan untuk ditaklukkan agar menjadi lebih
baik lagi ke depannya. Hingga saat ini saya sangat menikmati status saya
sebagai istri dan calon ibu. Oops, did I mention that I’m in my fifth months of
pregnancy? Iya, sebentar lagi saya akan menjadi ibu! Harapan ke depannya,
supaya bisa menjadi istri dan ibu yang super, dengan stamina, kesabaran dan
kedewasaan yang semakin bertambah. Memiliki rumah tangga yang bahagia, utuh
hingga akhir nafas. Sakinah, mawadah, warohmah. Aamiin.
To sum it all up, a year married life isn’t so bad at all.
Karena saya memiliki suami yang sangat mencintai dan begitu dewasa dalam menghadapi
serta membimbing saya. Bagi yang akan menikah atau baru saja menikah, gak perlu
takut! Menikah itu indah, asal niat tulus untuk ibadah dan Allah akan
membuatnya terasa lebih mudah. Bismillah dan yakin sajalah! :)
Belum ada Komentar untuk "Tahun Pertama Pernikahan Paling Menentukan, Benarkah?"
Posting Komentar