Makna di Balik Tasyakuran Tujuh Bulanan - Diary Ayuk Hartini
...

Makna di Balik Tasyakuran Tujuh Bulanan

Seperti yang sering saya update di media sosial, saya memang sedang hamil dan Alhamdulillah sudah menginjak bulan ke tujuh. Entah mengapa saya tiba-tiba sangat tergugah untuk menulis perkembangan tentang kehamilan dengan hashtag: #BabyUpdates. InsyaAllah ke depannya saya akan berbagi perkembangan kehamilan dan bayi saya dengan hasthtag ini entah melalui tulisan di blog, maupun media sosial seperti instagram, facebook, twitter atau youtube.

Meskipun belakangan ini saya agak disibukkan dengan beberapa hal, tapi Alhamdulillah, tasyakuran tujuh bulanan sudah terlaksana dengan lancar. Sebenarnya agak sedikit rempong alias kerepotan baik dalam segi aktivitas maupun anggaran, karena sebelumnya memang banyak yang harus diurus, mulai dari kegiatan rutin sebagai content writer, persiapan penerbitan buku antologi pertama saya, pindah rumah dengan segala kebutuhan perabotannya hingga tasyakuran ini. Well, semuanya menelan banyak waktu, tenaga dan biaya. Saya dan suami harus pandai dalam menyeimbangkan ketiganya, yang Alhamdulillah, telah diberi kemudahan.

Seperti yang diketahui secara umum, tradisi jawa memang banyak sekali yang harus dilaksanakan apalagi jika telah berumah tangga. Setelah sebelumnya saya dan keluarga telah mengadakan tasyakuran empat bulananan, dimana merupakan suatu keharusan karena dalam ajaran Islam usia empat bulan kandungan adalah usia saat ruh janin mulai ditiupkan, sekarang saya juga sudah menjalani tasyakuran tujuh bulanan. Selain pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan do’a bersama, ada salah satu ritual dalam tujuh bulanan yang tak boleh dilewatkan, yakni “Mecah Cengkir”.

Mecah Cengkir pada dasarnya merupakan pemecahan “Cengkir” atau jenis kelapa tertentu oleh calon ayah yang entah makna filosofis sesungguhnya apa. Tapi, konon katanya, jika hasilnya pas dibelah dua dengan simetris alias lurus tanpa miring sedikitpun, calon bayinya kelak adalah laki-laki, sedangkan jika hasil cengkir yang dipecah miring meskipun hanya sedikit saja, maka calon bayinya adalah perempuan.

Dan, sewaktu suami saya “Mecah Cengkir”, hasilnya miring alias tidak pas terbelah dua dengan simetris yang berarti calon bayi kami kelak berjenis kelamin perempuan. Percaya, nggak? Kalau saya, sih, YES, doesn’t matter, asal bayi dalam kandungan saya sehat, normal dan proses persalinan kelak lancar, tak masalah meski bayinya berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Hehe.

ini foto cengkirnya sebelum dibelah

#BabyUpdates

Belum ada Komentar untuk "Makna di Balik Tasyakuran Tujuh Bulanan"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel