Kedatangan Peri Kecil - Diary Ayuk Hartini
...

Kedatangan Peri Kecil


Kedatangan Peri Kecil

Akhirnya, hari yang ditunggu tiba juga. Agak lebih cepat dari yang diperkirakan, Peri Kecil kami lahir seminggu lebih awal. Saat itu, tanggal 15 Juli, pukul 22.00 WIB, saya dan suami sedang chit-chat setelah selesai nonton How to Train Your Dragon 2 di laptop. Tiba-tiba perut rasanya sangat kencang dan sakit, saya merasakan ada yang merembes di celana dalam. Saat saya lihat di kamar mandi, ternyata darah sudah keluar. Katanya, jika darah sudah keluar berarti pertanda sudah dekat waktunya bayi untuk lahir.

Saya kemudian pergi ke Puskesmas terdekat dengan ditemani suami, ibu mertua dan adik ipar. Setibanya di sana, saya diperiksa oleh bidan jaga dan benarlah, saya sudah pembukaan 1. Tapi, petugas yang berjaga tidak berani menangani persalinan saya, karena mata saya menderita minus 3 dan silinder. Serta pernah melakukan operasi usus buntu sebelumnya, pihak puskesmas tidak berani ambil risiko karena alatnya tak lengkap, katanya.

Saya sempat heran, karena sebelumnya saat saya tanyakan perihal mata minus saya ke dokter kandungan, mata minus saya bukan masalah dan saya bisa tetap melahirkan normal. yang berisiko tinggi untuk kebutaan karena tegang saat mengejan adalah minus di atas 8. Tapi saya manut saja dengan petugas Puskesmas. Sayapun dirujuk ke Rumah Sakit Bersalin dan tiba di sana pukul 00.30 WIB, saat itu sudah masuk tanggal 16 Juli. Tak lama kemudian, ibu saya menyusul dan menemani saya.

Perut saya merasa sebentar sakit, sebentar berhenti dan terjadi terus menerus. Hingga pukul 4 dini hari, saya baru pembukaan 2. Luar biasa sakitnya, seperti nyeri haid tapi beribu kali lebih sakit, bedanya, nyeri ini sebentar terasa sebentar tidak.

Ternyata begini rasanya kontraksi? Sebelumnya sudah mengalami kontraksi palsu pada usia kehamilan 8 bulan tapi tidak sesakit ini. Saat sakit reda, saya usahakan untuk makan apa yang bisa dimakan agar tidak kelelahan dan kehabisan tenaga. Selain menu makan yang disediakan Rumah Sakit, saya juga disuapi kurma dan air putih oleh ibu saya.

Selama proses kontraksi yang luar biasa sakit, mulut saya tak ada hentinya menyebut asma Allah, atau apapun yang bisa saya sebut. Mulai dari Allahu Akbar, Subhanallah, Masya Allah, sholawat, dsb. Saya juga dibacakan surat Ar-Rahman serta surat lainnya oleh suami saya.

Benar-benar tak terperi rasa sakitnya. Sayapun tak henti meminta maaf pada ibu dan ibu mertua atas tindakan saya yang mungkin pernah menyakiti hati mereka, juga pada bapak dan bapak mertua. Saat itu banyak juga yang melahirkan selain saya, ada sekitar 15 orang yang datang dan pergi dari ruang bersalin untuk melahirkan, namun banyak yang operasi Caesar.

Saya yang dari jam 00.31 WIB malam kenapa tak juga melahirkan? Saya sempat down, rasa sakitnya mulai menggila ba’da Ashar. Tapi bidan jaga terus saja bilang saya masih pembukaan 2. Pukul 16.00 WIB, saya minta diperiksa lagi katanya baru pembukaan 4. Saya merasa tak kuat. Rasanya ingin sekali melambaikan tangan ke kamera dan ………menyerah!

Saya minta dioperasi saja, sakit sudah luar biasa tak tertahan namun masih saja pembukaan 4, saya tak terbayang bagaimana rasanya pembukaan 5, 6, 7 hingga 10 sampai melahirkan. Iya kalau cepat, kalau masih lama? Sempat ditawari untuk disuntik perangsang tapi saya menolak.

Saya menjerit sejadi-jadinya, saat itu pukul 17.00 WIB, saya didatangi bidan jaga dan perawat yang melarang saya untuk teriak agar tak kehabisan tenaga, sambil dicek ternyata sudah pembukaan 5. Tak lama kemudian saya merasa sakit bercampur mulas di perut seakan ingin buang air besar, tim rumah sakit langsung segera menyiapkan alat-alat persalinan. Saya disuruh mengejan tanpa bersuara, bagaimanapun sakitnya.

Rasanya benar-benar seperti diambang hidup dan mati. Saya tak berani membuka mata, di samping saya suami juga tak karuan bentuknya, saya jambak, saya gigit, saya tarik-tarik tanpa sadar. Saya mengejan sambil perut saya didorong oleh salah satu perawat. Sakit mejadi berkali-kali lipat. Saat kepala bayi sudah keluar, saya disuruh berhenti mengejan. Bayi ditarik keluar secara perlahan hingga akhirnya… suasana tegang mencair dan saya lega setelah suara tangis bayi terdengar. Alhamdulillah bayi saya telah lahir pukul 17.10 WIB sesaat sebelum malam takbir.

Sempat khawatir karena berat bayi saya kurang dari berat minimal bayi yang seharusnya 2500 gram, bayi saya lahir dengan berat 2400 gram. Tapi Alhamdulillah, karena bayi saya sudah cukup umur untuk dilahirkan dan kondisinya sehat, maka ia tak perlu ditaruh di incubator. Keesokan paginya, tanggal 17 Juli 2015 bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, kami sudah boleh pulang.

Namun, perjuangan masih belum berakhir, saya masih harus mengalami sakitnya jahitan akibat robekan yang terjadi di sekitar perenium saat melahirkan. Meskipun telah di suntik pati rasa, tapi sakitnya tetap terasa.

Jika ada yang bilang wanita itu makhluk lemah, silakan pikir lagi! Justru menurut saya, wanita adalah makhluk yang sangat kuat. Mampu mengandung selama 9 bulan, melahirkan dengan rasa sakit dan risiko di antara hidup dan mati, memulihkan kesehatan pasca melahirkan, mengurus rumah tangga, membesarkan anak hingga dewasa dsb, tanpa mengeluh! 

Saya sangat salut bagi wanita-wanita yang mampu melahirkan dan mengurus banyak anak. Bagi yang suka membantah orang tua apalagi ibu, segeralah minta maaf dan jangan sekali-kali menyakiti hatinya. Perjuangan seorang ibu tak pantas untuk dibalas dengan bantahan, omongan kasar dan tingkah laku buruk anaknya.

Semoga setelah ini saya mampu menjadi seorang istri dan ibu yang baik bagi keluarga saya. Aamiin.

Anindya Ghaitsa,
Lahir: 16 Juli 2015, 17.10 WIB
Berat: 2400 gram,
Panjang: 46 cm
Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat, Jombang.



Belum ada Komentar untuk "Kedatangan Peri Kecil"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel