Tentang Menjadi Ibu - Diary Ayuk Hartini
...

Tentang Menjadi Ibu

Tentang Menjadi Ibu

Alhamdulillah, saya bersyukur telah menjadi ibu dari peri kecil saya, Nindy, yang juga memiliki banyak nama panggilan lain yang diberikan oleh saya, ayahnya, tantenya, neneknya dan orang-orang lain yang gemas akan tingkah laku lucunya. Mulai dari Fitri (karena lahirnya bertepatan dengan malam takbir, selang sehari dengan Idul Fitri), Ipit, Si-mbem, Baby Strawberry, Pi-Paw alias Pipi Bakpaw, sampai Si-Mbeng (karena Nindy doyan banget nangis). Hihi.

Oke, #KembaliKeLaptop. Awal mula menjadi ibu, saya dihadapkan dengan banyak tantangan. Tangan kram, puting lecet, kurang tidur, punggung sakit, sampai bagaimana mengatur waktu untuk merawat Nindy, mengurus rumah dan bekerja. Kadang saya merasakan juga yang namanya lelah dan “duh.. ini badan kenapa gak bisa diajak kompromi, sih?”

Apalagi Nindy maunya digendong terus. Saat ditidurkan di ranjang seringnya nangis, lebih pulas tidurnya sambil digendong dan ditimang. Bingung dong, bagaimana mengurus rumah dengan tangan satu karena tangan satunya untuk gendong Nindy.

Belum lagi untuk bekerja. Sebagai content writer sebuah situs online, kabar baiknya saya memang tak harus keluar rumah untuk bekerja, jadi bisa tetap menjalankan fitrah sebagai ibu rumah tangga mengurus suami, anak dan rumah. Tapi, kalau anaknya riwil minta digendong terus, mau tak mau saya harus membiasakan diri mengetik artikel dengan tangan kanan saja. Speed bekerja saya pun melambat. Tapi biar bagaimanapun harus bisa.

Jadi ibu memang gampang-gampang susah. Buang jauh sisa-sisa sifat manja saat masih hamil dulu. Jadi ibu berarti harus siap berkomitmen untuk kuat dan mandiri. Tak boleh mengeluh meski capeknya luar biasa. Tak boleh sakit karena tak ada yang mampu mengurus keluarga sebaik ibunya sendiri. Tak boleh sembarang makan karena akan mempengaruhi kualitas ASI yang dihasilkan. Dan puluhan “tak boleh” lainnya yang dengan sendirinya akan datang seiring masa transisi menjadi ibu.

Terlepas dari kekurangan dan kecerobohan saya menjadi ibu, saya belajar mengenal Nindy, sebagaimana ia belajar mengenal saya. Saya tau bahwa menjadi ibu yang sempurna mungkin mustahil bagi saya, saya juga tak ingin jadi sempurna. Saya ingin tetap menjadi manusia, yang mencintai dan merawat anak saya dengan kekurangan dan kelebihan yang ada. Kadang saya masih takjub dan tak percaya, bagaimana manusia sekecil itu mampu memberi kebahagiaan sebesar ini dalam hidup saya.

Tapi karenanya, Anindya Ghaitsa…
Saya mengerti, bahwa menjadi ibu tak hanya serupa doa,
Melainkan menjadi doa itu sendiri. 



Belum ada Komentar untuk "Tentang Menjadi Ibu"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel