Terjebak Kenangan Bunga Keabadian - Diary Ayuk Hartini
...

Terjebak Kenangan Bunga Keabadian

edelweiss bunga keabadian - ayukhartini



“Sayang, jangan buat aku melukai nurani sendiri. Mana bisa aku metik bunga Edelweiss. Bunga ini langka. Ayolah, jangan percaya mitos konyol itu.”

Jawabnya saat aku merengek minta dibawakan setangkai Edelweiss pada pendakiannya ke Gunung Rinjani nanti. Bunga ini memang unik, masa usianya sangat lama, tidak seperti bunga kebanyakan yang layu dan mati dalam beberapa hari, itulah mengapa bunga ini dikenal juga dengan “Everlasting flower” atau "bunga keabadian”.

Entahlah, tapi aku begitu percaya dengan mitos ini. Jika seorang kekasih memberikan Edelweiss pada pasangannya, cintanya akan abadi selamanya.

“Sayang, tolong ngerti, ya...” ucapnya perlahan sambil menggenggam jemariku. Membuyarkan lamunanku.

“Tapi kan kamu mau ke Rinjani, dan di sana banyak kok bunga Edelweiss. Ambil setangkai aja kan gak apa-apa.” jawabku merajuk.

“iya, memang banyak di sana. Tapi tidak semua gunung ada Edelweissnya, bunga itu dilindungi, sayang... Aku gak mau merusak lingkungan. Tolong jangan memaksa aku melakukan hal yang gak bisa aku lakukan. Percaya, deh. Cinta kita bisa abadi, kok, meski tanpa bunga itu. Daripada kamu ngambek, gimana kalau aku nyanyiin lagu Edelweiss aja?”

Iapun mengambil gitarnya dan mulai bernyanyi,

Edelweiss, edelweiss... every morning you greet me. Small and white, clean and bright, you’ll look happy to meet me~

---

"Aku berangkat ya sayang. Jangan marah kalau aku pulang nanti gak bawa Edelweiss."

-
"Kring.. kring..." ponselku berbunyi. Membangunkan tidurku. Siapa yang menghubungiku dinihari begini?

"Halo... siapa?"

"Sayang, ini aku. Apa namaku ga muncul di ponselmu?"

"Oh, kamu. Aku lagi tidur sayang... masih ngantuk. Ini aja nerima telpon sambil merem. Ada apa telpon jam segini?"

"Gak apa-apa. Maaf, ya, ganggu tidurnya. Kamu di rumah? Bisa buka jendela sebentar? Aku di luar, nih".

Aku beranjak dari ranjang, bergegas membuka jendela dan ternyata ia memang sedang di luar. Tapi ada yang aneh.

"Sayang, kamu kenapa kesini jam segini? Ini bajumu kotor semua, dahimu berdarah, tangan kakimu juga. Kamu kenapa?"

"Aku gak apa-apa, kok. Aku kesini cuma mau anter ini buat kamu." Ucapnya sambil menyodorkan setangkai Edelweiss.

"Loh, kok kamu ambil bunga ini? Kan kamu kemarin ngotot gak mau metik Edelweiss"

Dia hanya tersenyum lalu membuka telapak tanganku dan menyerahkan bunga keabadian itu padaku.

"Aku harus pergi sekarang"

---

Iapun meninggalkanku dengan tangan kananku memegang Edelweiss darinya. Tapi ada yang aneh,

"Tunggu..."

Teriakku, yang membuatku bangun dari mimpiku. Ah, ini cuma mimpi. Tapi, jika ini mimpi, kenapa aku terbangun dengan kondisi tangan menggenggam setangkai Edelweiss ini?

-

"Ma, kakak ngigau lagi."

Ucapku pada mama sambil mengintip Kakak dari pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

"Iya, nak. Kasihan kakakmu. Ia masih saja menunggu kekasihnya yang sudah meninggal itu. Mereka terakhir bertemu saat dia pamit ke kakakmu untuk mendaki Rinjani. Tapi ia tak pernah kembali. Jasadnyapun belum ditemukan sampai sekarang ini. Kasihan kakakmu... tiap hari tidur menggenggam bunga Edelweiss plastik dan menganggap itu dari kekasihnya."



by: Ayuk Hartini

Pernah diunggah di FB & IG pribadi Ayuk Hartini

Belum ada Komentar untuk "Terjebak Kenangan Bunga Keabadian"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel