Prince Charming
Saya mengenalnya sebagai Prince Charming kampus. Banyak gadis-gadis di kampus
yang membicarakannya. Kebetulan saya satu jurusan dan satu kelas dengannya,
jadi saya cukup dekat dan tahu beberapa hal tentangnya. Prince Charming identik dengan wajah tampan, sifat rendah hati,
kuda putih dan beberapa kelebihan lainnya. Sedangkan Prince Charming versi kampus saya ini apakah seperti itu? Mari kita
bedah satu persatu.
Untuk wajah, memang lumayan cute, senyumnya menawan, banyak yang
terpikat bahkan hanya dengan sekali melihat senyumnya. Pernah suatu hari saat
di perpustakaan dia membuat seluruh pengunjung ikut tercengang saat mendapati
foto kartu perpustakaannya hilang. “jelas
dicuri pengagum rahasia” bisik beberapa pengunjung perempuan.
Rendah hati? Tentu saja. Dia selalu
membalas senyum dan tak pernah alpa menyapa orang yang dikenalnya. Juga, dia
sering sekali memberi saya tumpangan untuk berangkat dan pulang kuliah. Tanpa imbalan.
Well, kadang-kadang saya mengerjakan
tugasnya, sih.
Kuda putih? Mungkin masih bisa
dikorelasikan dengan kegemarannya terhadap benda dan aksesoris berwarna putih. Mulai
dari motor, helm, sepatu, jam tangan atau benda-benda lain.
Kelebihan lainnya? Dia adalah
vokalis dari grup band lokal di kota
tempat saya kuliah. Band-nya sering
diundang untuk mengisi acara pentas seni di sekolah, kampus, atau event
tertentu. Dia juga seorang ahli karikatur, gravity, dan hal gambar-menggambar. Beberapa
karyanya terpampang (ilegal) di tembok-tembok pinggir jalan. Kadang jika suntuk
mendengarkan ceramah dosen, dia menggambar dosen itu persis seperti aslinya. Dia
juga sering diminta untuk melukis kaos, sepatu, atau hal-hal lain dan dibayar
untuk itu. Oh iya satu lagi, dia adalah salah satu duta dari provider GSM
karena bakat menggambarnya tersebut. Bagaimana, sudah sempurna untuk memiliki
predikat Prince Charming? Hell yeah!
Tapi terlepas dari semua kriteria
dan predikat Prince Charming yang
melekat padanya, kehidupan yang dia jalani cukup berbeda. Hidupnya bukan tentang
menyelamatkan puteri cantik dari penyihir atau monster jahat, tapi
menyelamatkan diri dari tugas-tugas jahat dari dosen. Kenapa jahat? Karena dia
tidak punya waktu untuk menyelesaikannya. Kesibukannya sebagai vokalis, duta
provider dan pelukis lepas membuatnya sering melewatkan kelas. Bahkan dia
menjuluki dirinya sendiri sebagai Nobita, karena jarang sekali mendapat nilai B
apalagi A. Saya, sebagai teman dekat sekaligus Shizuka-nya, sering membantunya
mengerjakan tugas.
Akhirnya karena terlalu sering
meninggalkan kelas dan tertinggal banyak mata kuliah, dia memutuskan untuk
tidak melanjutkan kuliah. Dia fokus mendalami hobi dan jiwanya sebagai musisi
dan pelukis. Saya bangga atas keputusannya, ya, walau agak shock pada awal mengetahuinya, karena keputusan itu diambil saat sudah
semester 6. Tapi kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris memang bukan jiwanya,
jiwa sejatinya adalah di musik dan melukis. Lalu, bagaimana dengan predikat Prince Charming? Apakah luntur seiring
keputusannya putus kuliah? Biarlah siapapun menilai bagaimana, bagi saya, Prince Charming sejati bukan hanya
menjadi baik-baik karena mengikuti prosedur dan aturan dengan kaku. Mampu
mengambil keputusan sesuai hati nurani dengan segala konsekuensi, sudah lebih
dari cukup untuk mendefinisikan arti Prince
Charming yang sesungguhnya.
Good luck, Nobita! I’m so proud of you. J
Good luck, Nobita! I’m so proud of you. J
#PeopleAroundUs Day 8
waaahhh ganteng kok kaya sering liat ya dulu. apa yg suka pake celana putih itu ya??? hehehehe
BalasHapusiya. ^^
BalasHapusohhhh terharu, . . . :') maksih cerita singkatnya... so nice. . :')
BalasHapusjadi besar ini kepala. . makasih mama zhsuka. . :* you are my best friendship :*