Lelaki dengan Kening Lapangan Bola

Dia selalu mamasok kebahagiaan saya dalam lembut es krim dan
batang coklat, dingin dan manis. Dingin es krim untuk melelehkan dunia yang tak
jarang membuat saya gerah dan kepanasan, dan manis coklat untuk menghapus pahit
rindu saat saya tak bersamanya. Begitu, katanya.
Suatu siang dia mengajak saya ke toko buku, untuk membeli empat buah buku. Satu
untuknya, tiga untuk saya. Salah satu buku yang dari ketiga buku yang diberikan
kepada saya berjudul “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” karya Tere
Liye.
“Judul buku ini mencerminkan keihklasan, baca dan
pahaminlah.” ucapnya.
Saya tersenyum bahagia saat mendengarnya, kemudian dia
membuka buku yang dibeli untuknya sendiri. Dia terlihat begitu serius dan tenggelam dalam tiap kata yang dia baca,
tak menghiraukan saya yang ada di hadapannya. Tapi, saya menikmati pemandangan
itu.
Saya selalu suka melihatnya menyelam dalam lautan kata-kata,
membelah ombak kata menemukan 'kita' di dalamnya. Biarlah dia menyelam lebih
dalam, untuk menceritakan kisah kidung puteri duyung saat dia kembali ke
daratan.
#PeopleAroundUs Day #3
Hahaha pacarx kena juga akhirx. Ms jidat lapangan salam kenal yuaaa
BalasHapusHahaha jidat lapangan. X)))
BalasHapus