Wanita itu, Ibuku - Diary Ayuk Hartini
...

Wanita itu, Ibuku

Wanitu itu, sungguh rapuh. Menyembunyikan kesah keluh di  tiap peluh. Sekalipun dia mengaduh, tak ada seorangpun mendengar, malah justru acuh.
Rambutnya memutih, warna hitamnya memudar bersama tubuhnya yang ringkih. Kulitnya keriput, dimakan kesedihannya yang semakin mengalut. Langkah kakinya melambat, sangat lambat seakan lupa apa itu cepat.
Setiap hari, ia tak pernah lupa melipat pagi. Melipatnya rapi kemudian disimpannya ke dalam lemari. Kemudian ia menyapu debu-debu rindu, rindu akan anak-anaknya yang sudah lama tak ia temu. Bukan raganya yang ia rindu, tapi kebahagian mereka yang belakangan ini menempel di tembok ruang tamu dan terpaku di situ.
Wanita itu semakin renta, ia tidak mengharap intan permata di sisa usianya. Wanita itu mendamba bahagia untuk anak-anaknya, bukan untuk dirinya. Kebahagiaan baginya amatlah sederhana, sesederhana melihat lengkung tawa di wajah putera-puterinya, sesederhana menimang cucu dan memberinya susu.
Wanita itu menanak ilmu, untukku. Untuk kumakan bersama kakak-kakakku. Wanita itu menyeduh kopi dan susu, untukku. Untuk kureguk bersama ayahku. Wanita itu menyelimutiku, melindungiku dari dinginnya alam saat malam. Wanita itu, Ibuku.




#PeopleAroundUs Day #1

Belum ada Komentar untuk "Wanita itu, Ibuku"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel