Gelang, Belanda dan Sidney
Saya adalah penggemar aksesoris, saya memiliki beberapa
kalung, gelang dana beberapa aksesoris lain. Aksesoris yang paling banyak saya
miliki adalah gelang, beberapa di antaranya saya beli sendiri dan lainnya adalah
hadiah dari teman saya. Kali ini saya akan bercerita tentang dua gelang
pemberian teman saya, sebenarnya barter, sih, karena kami bertukar gelang untuk
saling mengingat satu sama lain sebelum mereka kembali ke negara masing masing.
- Gelang #1
Gelang ini pemberian teman saya yang berkebangsaan Belanda,
Paulien Sleegers. Gelang ini berwarna hitam, terbuat dari benang yang disimpul
dan diberi tiga koin kecil di tengahnya. Dia membeli gelang ini dari Thailand
sebelum dia berlibur ke Indonesia.
Kami sempat berbicara tentang banyak hal, tentang beberapa
kosa kata dalam bahasa Belanda yang sama dengan bahasa Indonesia seperti :
afdruk - afdruk, akte - akte, asbak – asbak, klinik – kliniek, stempel
– stempel, perangko – franco, dll. Selain itu, ternyata di
Belanda, sate dan bumbu kacang merupakan menu yang lazim ditemui di rumah makan
atau restoran, bahkan acar mentimun juga menjadi pelengkap menu makanan
sehari-hari di sana. Oh iya, kami juga
membicarakan bunyi ayam berkokok di berbagai negara, jika di Indonesia bunyinya
“kukuruyuk”, maka di Belanda adalah“kukeleku”,
Jepang – “kou-kou-kou-kou”, Cina – “gou-gou”, Inggris – “cock-a-doodle-doo”.
Kami juga sempat membuat rekaman video lagu reagge, kami menari dan menyanyikan lagu tersebut. Saya tidak terbiasa menari, jadi badan
saya terlihat sangat kaku saat bergerak mengikuti irama, tapi saya sangat
menikmatinya.
- Gelang #2
Gelang kedua ini saya peroleh dari teman saya, Indigo
Phibbs. Indi, nama sapaannya, berasal dari Sidney, Australia. Dia memberi saya
gelang dari bahan tali warna krem yang dililit dan diberi hiasan pernik
berbentuk cabe merah yang sangat lucu. Dia memberi gelang ini sesaat sebelum
dia menuju bandara, dia bilang motif pernik cabe/lombok ini untuk mengingatkan
saya bahwa kami bertemu di pulau Lombok.
Indi adalah mahasiswa semester awal yang mengambil jurusan
bahasa Indonesia, jadi dia bisa berbicara dalam bahasa Indonesia walaupun masih
belum sempurna. Pernah saat Indi berada di warung kakak saya, pemain Leher
Angsa datang dan ikut ngobrol banyak dengan kami. Saat itu memang sedang ada
proses pembuatan film Leher Angsa yang diproduseri oleh Ari Sihasale, pemain
film ini adalah Lukman Sardi, Agus Ringgo, Alexandra Gotardo, Tengku Wikana
Arif, Tike Priatnakusumah, dll. Waktu itu, teman saya, Hasan, datang membawa jamu
akar Asitaba yang sangat pahit rasanya, Indi ditantang Agus Ringgo untuk
mencoba, dia lalu mencoba, sedikit tapi rasa pahitnya tidak hilang-hilang,
masih menempel di tenggorokan bahkan setelah minum teh manis. Agus Ringgo tidak
berani coba, saya juga tidak.
Pengalaman ini sungguh menarik, sharing dan bercanda dengan
teman baru serta artis idola. Indi juga bilang bahwa dia adalah fans dari
Nicholas Saputra, dia sudah melihat beberapa film Nicholas Saputra, Ada Apa
Dengan Cinta, Janji Joni dan Gie. Saya sungguh bangga karya Indonesia disukai dan mendapat respon baik oleh warga negara asing. Tidak perlu menjadi
kebarat-baratan untuk bisa go internasional, cukup bangga dan jadi diri
sendiri, karya Indonesia tidak kalah bagus, kok,
dengan negara lain.
#CeritaDariKamar #11
Belum ada Komentar untuk "Gelang, Belanda dan Sidney"
Posting Komentar