Kacamata - Diary Ayuk Hartini
...

Kacamata

“Hai, kamu kenal Ayuk, ga? yang tinggi, rambut panjang, pake kacamata itu, lho.”

Iya, itu memang ciri-ciri fisik saya. Kebanyakan orang yang sedang mencari saya cenderung bertanya seperti itu kepada teman-teman atau orang yang mengenal saya. Saya sudah sejak awal SMA berkacamata lensa minus, mungkin karena saya sering membaca terlalu dekat sambil berbaring. Awal berkacamata, saya merasa keren. Saat teman-teman menganggap bahwa berkacamata itu identik dengan culun, tapi menurut saya itu justru keren.

Dulu saya merasa lebih percaya diri saat awal berkacamata, hingga saat saya sedang makan indomie rebus di kantin sekolah, uap kuahnya mengepul dan membuat kacamata saya berembun. Ah, tidak, berkacamata sungguh tidak keren. Kejadian lain saat pulang sekolah, turun hujan sangat lama, tidak ada cara lain untuk keluar sekolah selain menerobos hujan karena saya tidak bawa payung, dan sungguh berkacamata itu tidak keren, saya tidak bisa jelas melihat jalan karena kacamata saya basah terkena hujan, saya hampir jatuh terpeleset. Selain itu, pernah saat saya akan berangkat kuliah, saya ditertawai teman-teman satu kos karena bingung kesana-kemari mencari kacamata saya, saya ini memang orangnya pelupa, dan teman-teman sudah hafal dengan kebiasaan saya, hingga saya sadar ternyata kacamata yang saya cari ternyata sedang saya pakai. Saya ikut tertawa. 

Lalu saya beralih ke softlens, karena menurut saya lebih praktis. Hingga suatu hari mata saya merah dan kering, karena saya lupa melepas softlens saat saya tidur. Pernah juga saat saya lupa membawa tetes mata, saat terkena debu, mata saya sangat merah dan perih. Kemudian sejak saat itu, saya hanya memakai softlens saat penting saja, saya juga membawa kacamata kemana saya pergi walaupun sudah memakai softlens, untuk cadangan apabila mata saya lelah memakai softlens.

Kacamata dan softlens sebenarnya fungsinya sama bagi saya, untuk membantu kinerja mata saya yang sudah tidak normal. Mata adalah salah satu panca indera yang penting, saya menyesal dulu menyepelekannya hingga saya harus berkacamata. Tapi dengan begitu, saya menjadi mengerti bahwa saat mata tidak bisa melihat dengan jelas, butuh kacamata untuk membantunya. Mata adalah jendela hati, saat kita tidak jelas melihat dunia karena jendela hati kita tertutup, kita butuh seseorang untuk membantu membukanya. Seseorang itu, ibarat kacamata yang membantu kita melihat dunia agar lebih jelas.



#CeritaDariKamar #8

Belum ada Komentar untuk "Kacamata"

Posting Komentar

Iklan Bawah Artikel