Meja Rias dan Cermin
Gadis mana yang tidak ingin
memiliki meja rias sendiri di kamarnya? Seperti gadis pada umumnya, saya
memiliki meja rias di kamar saya, berwarna cokelat dengan beberapa laci di
sebelah kiri dan kanan dan satu kaca ukuran besar di tengahnya. Saya menaruh
beberapa peralatan make up saya di sana, compact powder, eye-shadow, blush-on,
eye liner, mascara, parfume, dsb.
Saya bisa menghabiskan waktu
hingga satu jam untuk berdandan atau sekedar duduk di depan meja rias saya.
Memandangi wajah saya, jerawat, tahi lalat, rambut, juga penampilan saya bahkan
setelah saya bangun tidur. Ini bukan berarti saya narsis atau apa, tapi
kebiasaan bercermin menurut saya adalah hal yang baik untuk dilakukan. Dengan
bercermin, saya bisa melihat kekurangan dan kelebihan penampilan saya, jadi
saya bisa sering mengoreksi diri saya sendiri.
Untuk urusan sikap dan perilaku, saya juga
butuh cermin, dan cerminnya adalah orang-orang di sekitar saya. Mengapa
demikian? Karena secara tidak sadar, apa yang saya lakukan sedikit banyak pasti
ada timbal baliknya dengan lingkungan sekitar saya. Jika saya bersikap kurang
baik, orang di sekitar saya lah yang menjadi cermin untuk mengingatkan saya
agar bisa lebih baik lagi, karena sekali lagi, saya tidak selamanya bisa
menjadi cermin bagi diri saya sendiri, maka dari itu saya butuh orang lain
untuk menjadi cermin saya. Oh iya, pernah ada seorang teman berkata kepada
saya, bahwa cermin adalah hal yang wajib untuk ada di rumah/kamar. Orang yang
tidak memiliki satu pun cermin di rumahnya, memiliki sedikit sikap untuk mau
mengoreksi dirinya, entah itu dari dirinya untuk dia sendiri ataupun dari orang
lain untuk dirinya. You are what your mirror says, whether it's a real
mirror or someone to be your mirror. :)
#CeritaDariKamar #22
yeay muncul juga itu meja rias dan waw penuh juga rupanya meja riasmu hehehe
BalasHapusayo yulvie, bikin tulisan tentang kamarmu juga, dong... :D
BalasHapus