Langit-langit Kamar
Langit-langit kamar saya warnanya putih, setiap melihatnya,
langit-langit kamar seolah berubah menjadi layar besar dimana banyak hal yang
telah terjadi tiba-tiba diputar kembali. Sangat jelas, apalagi warnanya putih,
jadi kejadian apapun terasa terefleksikan dengan jelas melalui layar LCD mata
saya.
Pernah suatu hari, saya bertanya, apakah benar Tuhan berada
di atas? Kenapa banyak orang menunjuk ke atas, mengisyaratkan bahwa tempat
tinggal Tuhan itu di atas? Tapi saat saya melihat ke atas, tepatnya ke
langit-langit kamar saya, mengapa tidak ada Tuhan? Yang ada malah bunyi kaki
tikus yang asik berlarian besama teman-temannya sambil tertawa, bunyinya “cit-cit-cit”.
Lantas, Tuhan berada dimana?
Kemudian saya keluar rumah dan menatap ke atas, kali ini
langit sungguhan, bukan langit-langit kamar. Saat langit mendung, apakah Tuhan
sedang merasa sedih? Saat langit cerah, apakah Tuhan sedang bahagia? Kalau iya,
berarti negara yang jarang mendung apalagi hujan macam Etiopia menandakan bahwa
Tuhan selalu bahagia? Apa iya Tuhan bahagia jika tidak menurunkan hujan,
bagaimana nasib makhluknya yang tinggal di negara yang kekeringan? Apa Tuhan
bahagia melihat makhluknya hidup minim air dan menderita?
Pertanyaan ini susah saya jawab. Terlepas dimana tempat
tinggal Tuhan, saya percaya bahwa Ia ada. Entah di langit-langit kamar, langit
biru, langit mendung, atau langitnya langit. Karena tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban,
saya yakin saja bahwa semesta seisinya tak akan pernah ada tanpa ada yang
menciptakan. Hey, apakah ini jawabannya? Apakah Tuhan tinggal dalam keyakinan? Entahlah. Mari menggantung pertanyaan ini setinggi langit.
#CeritaDariKamar #28
Belum ada Komentar untuk "Langit-langit Kamar"
Posting Komentar