Kaos SLAWEH
“SLAWEH” adalah kata dalam bahasa jawa yang berarti 25 (dua
puluh lima). Sewaktu saya masih semester lima, ada mata kuliah English Drama
yang mewajibkan tiap kelas untuk membuat satu film pendek tentang adat atau
tradisi jawa (karena memang kami mayoritas suku jawa), dengan menggunakan
bahasa Inggris dalam dialognya (karena kami memang sedang belajar English
Drama). Suatu perpaduan pas, mempraktekkan mata kuliah English Drama dengan
tetap menggunakan adat jawa sebagai cerita di dalamnya agar kami tetap
menghargai adat dan budaya kami, dosen kami memang sungguh jenius.
Kelas kami membuat film berjudul SLAWEH. Dalam mitologi
perhitungan jawa, jika jumlah hari lahir laki-laki dan perempuan yang ingin
menikah adalah slaweh (dua puluh lima), maka ramalan dari pernikahan mereka
adalah ramalan yang paling buruk. Di sini saya tidak akan membahas lebih dalam
tentang filosofi dibalik perhitungan slaweh, melainkan kejadian dalam pembuatan
film tersebut.
Saat penggarapan film Slaweh, saya menjadi make-up artisnya,
yang tentu saja tugas saya mendandani pemain sesuai karakternya. Selain itu,
saya juga sempat didaulat untuk menjadi cameo, yaitu sebagai…. Orang gila.
What? Orang gila? Iya, orang gila, sutradara saya memang sudah gila memilih
saya untuk menjadi orang gila. Sewaktu latihan, saya mendandani diri saya
sendiri layaknya orang gila, berbaju terbalik, celana tinggi sebelah, rambut
dikuncir tali raffia dengan sisa rambut dibiarkan tergerai acak-acakan, dan lipstik
yang belepotan keluar garis bibir. Sip! Saya benar-benar sudah gila. Teman saya
malah tertawa dan tepuk tangan melihat saya menjadi orang gila, mereka juga
sudah gila rupanya.
Terlepas dari peran saya tersebut, saat hari H pembuatan
fim, saya tidak jadi menjadi cameo sebagai orang gila, selain dosen saya
berkata bahwa sudah terlalu banyak cameo di scene tersebut, mungkin karena
beliau tidak tega jika saya menjadi orang gila. Well, thank you, Pak Dosen! Selain
itu, pemeran utama wanita yang cerita dalam filmnya harus mengalami hujan
tangis karena tidak jadi menikah dengan kekasihnya dengan alasan “temu slaweh”,
ternyata juga mengalami hal yang sama di kehidupan nyata. Hari lahir dia dan
kekasihnya saat dihitung juga bertemu slaweh, yang menurut ramalan jawa akan
menjadi pernikahan yang tidak baik jika dilaksanakan. Tapi bedanya, teman saya tetap menikah dan
optimis bahwa tidak selamanya mitos itu benar. Lalu saya berpikir, untung saja saya tidak
jadi memerankan orang gila di film tersebut, jika pemeran dalam film tersebut
benar-benar mengalami hal yang sama di kehidupan nyata mereka, maka itu berarti di kehidupan nyata saya akan menjadi....... orang gila!?! OH NO!!! THANKS GOD I DIDN’T
PLAY THAT CHARACTER!
#CeritaDariKamar #17
Belum ada Komentar untuk "Kaos SLAWEH"
Posting Komentar